Minggu, 20 Oktober 2019

Berita dari Barat


Berita dari Barat
              Baja-baja beroda berlalulalang di jalan didepan pasar. Entah sudah berapa hari hal ini terjadi. Entah sudah berapa bulan ini terjalani. Entah sudah berapa tahun ini dilewati. Baja-baja beroda itu berasal dari barat, entah apa gunanya setahuku mereka hanya dapat mondar-mandir tidak jelas. Terlihat lenggang namun sedang tegang, karena itu namanya kendaraan perang. Terlihat besar dan kuat, nampak cepat dan sehat, kelihatan tangguh namun hanya dapat melenguh. Aku menyebutnya  baja adiraja barat melarat, terdengar sarat tetapi sesungguhnya serat.
              Aku yang hanya berdiri dipinggir jalan didepan pasar yang hanya memperhatikan para baja adiraja barat melarat itu terkagum-kagum ketika melihat sebuah mobil kecil melintas dengan cepatnya, bahkan para barat itu sampai geleng-geleng sendiri. Hanya dengan sekali kedipan mata mobil itu sudah berada didepanku. Kaca pengemudinya terbuka dan kemudian menunjukkan ibu jarinya yang terangkat mantab  tanda aku boleh masuk. Aku yang kagum kebingungan terbingung-bingung masuk kedalam mobil tersenyum-senyum dikursi penumpang.
              Mobil ini terasa luas didalam tapi tadi nampak kecil diluar mungkin saja sudah melar. Aku masih tidak tahu apa tujuan si sopir mengijinkanku masuk mobil ini, yang kutahu mobil ini melaju dengan cepat. Aku juga tak tahu kemana tujuannya semua kacanya terlihat sangat gelap begitu juga dengan kaca depan.
              “Maaf, tapi kemana kendaraan ini akan pergi?” Tidak ada jawaban, lalu aku hanya diam saja. Rasanya mobil ini melaju semakin cepat.
              Aku tak tahu sudah berapa lama aku berada didalam mobil ini. Rasanya sudah lama sekali. Aku juga sudah bertanya berkali-kali tapi si sopir tak menjawab, aku juga belum tahu seperti apa rupanya. Aku meraih pundaknya menariknya kebelakang agar aku bisa melihat rupanya. Aku terkaget-kaget ketika melihat rupanya yang tak berupa itu.
              Benar-benar rata rupanya itu sampai aku bingung mana yang benar dan benar-benar. Ditengah kekagetanku si supir mengangkat ibu jarinya.
              “Apa maksudmu?”
              Si sopir membalikkan ibu jarinya dan mobil berhenti mendadak, aku yang duduk tanpa sabuk pengaman (karena mobil mengagumkan ini tak punya benda itu) terlempar kedepan ke kaca depan. Aku membentur kaca itu dan kaca itu pecah, kaca itu kubentur lalu dianya terpisah-pisah, sungguh aku tidak tahu mana yang benar-benar benar sekarang aku hanya terkapar melihat mobil menakjubkan itu mengangkut dua penumpang lalu berlalu sambil terbang. Aku yang terluntang-lantung bangun lalu masuk ke dalam pasar, karena sesungguhnya mobil itu hanya memutari pasar.
              Apa aku lupa bilang kalau pasar ini pasar ajaib. Kalau begitu maafkan aku, pasar ini pasar ajaib. Kau dapat menemukan setan, malaikat, genderuwo, vampir (saking ajaibnya tempat ini mereka menjadi tahan sinar matahari), mayat hidup, kuntilanak, tuyul, semua makhluk yang engkau cari ada disini. Yang dari dongeng barat maupun mitos timur semuanya hadir disini. Tempat apapun yang kau cari semuanya juga ada disini, lengkap selengkap-lengkapnya. Namun aku hanya terkagum dengan orang gila yang duduk gemetaran sambil menunjuk-nunjuk bar tempat minum. Aku melihat beberapa malaikat minum-minum disana. Anggur, arak, bir, wiski, vodka, ciu, tuak, sake, soju, kencing kuda, semuanya terlihat lengkap dimeja para malaikat itu.
              “Kau lihat itu? Lihat itu lihat lihat itu lihat itu!” Orang gila itu membuka matanya lebar-lebar sambil masih menunjuk-nunjuk tempat itu.
              “Ya, aku melihatnya. Aku tidak tahu malaikat suka minum sebelumnya.”
              “Ini tanda keberkahan! Sekarang tanggal tiga belas bukan waktu untuk malas-malas ini waktu hancur-hancur!” Katanya yang membuatku sadar aku sudah berada dalam mobil itu selama tiga belas hari. Aku yang bingung dengan perkataanya hanya dapat berkata “apa maksudmu?”
              “Ah kawanku, oh temanku, uh sahabatku ini hari kehancuran, ini hari tanggal tiga belas, semua akan hancur! Lihat malaikat-malaikat itu minum dengan hebatnya sementara setan-setan berkeliaran menyebarkan amalan-amalan. Oh bukannya ini keberkahan kita akan mengalami kehancuran?”
              “Masak? Tak ada rudal, tak ada bom, tak ada peluru, kamu sedang melucu? Barangkali kau belum dengar semua itu telah ditiadakan.”
              “Bohong! Kamu bohong sama aku, daku tidak percaya dengan baginda.” Orang gila itu diam sebentar sambil menunjuk-nunjuk langit lalu tanah lalu berkata lagi “bagaimana dengan surga dan neraka yang datang pada tanggal tiga dua?”
              “Mana kutahu, bisa saja mereka sudah tiada saat sebelum kedatangannya yang selanjutnya.”
              “Masak? Tak ada topan, tak ada tsunami, tak ada gempa, kamu sedang bercanda?” Aku hanya dapat tersenyum sambal berkata “tidak, tapi aku ragu kalau kau tahu.” Lalu aku pergi meninggalkannya.
              Aku melirik sedikit kebelakang lalu kulihat orang gila tadi membuka tutup tangannya dan menunjuk-nunjuk langit serta tanah dengan mantabnya sampai raksasa dibelakangnya gemetaran. Lalu aku sadar saat orang gila itu membuka kedua tanggannya jari tengahnya hilang pergi entah kemana. Barangkali hilangnya jari itu yang membuatnya gila, namun aku masih kagum terpesona olehnya. Kegilaanya tidak hilang oleh ajaibnya pasar yang megah nan membahana.
              Lalu aku melihat sepasang pasangan tua bergandengan dan berjalan ke Tukang peralatan setan. Mereka sangat tua hingga yang didepan selalu terlihat menyeret yang dibelakang ketika berjalan ke Tukang peralatan setan. Semua orang yang kebingungan selalu pergi ke Tukang peralatan setan. Semua orang tahu tentang Tukang peralatan setan, semua orang juga tahu dimana Tukang peralatan setan yang punya segala macam penyelesaian dari yang kecil sampai ke tak hingga. Tidak mungkin tidak ada yang pernah memikirkan tentang Tukang peralatan setan.
              Mulailah sepasang kekasih tua itu berlutut meminta pada tukang peralatan setan yang hanya berdiri tegak melirik bengis pada sepasang kekasih tua itu.
              “Ya tuan set-an…, ah mak-sut-sut hamba pe-pe-ralatan setan…, au mak-mak-sutku tukang setan…” Kata si lelaki tua terbata-bata sambal istrinya disampingnya terus memanjatkan doa pada entah siapa dimana.
              Tukang peralatan setan tidak bergeming, masih diam seribu satu bahasa. Lalu lelaki tua itu mencoba berbicara lagi “Ya tuan tu-tu-kang peralatan bi-bi-sakah anda menolong hamba? Ya setan-tan peralatan hamba ingin kembali-li-li muda de-de-ngan istri hamba.”
              Tukang peralatan setan masih diam, namun sekarang ia diam seribu bahasa. Dia membuka mulutnya yang terlihat penuh dengan taring, sungguh semua giginya berbentuk taring semua hingga racun pun takut masuk kedalam mulutnya. Ia masih tak bersuara dan kemudian menunjuk-nunjuk istri si lelaki tua yang masih berdoa pada entah siapa dimana. Buru-buru si lelaki tua menampar istrinya, mencengkram kepalanya dan memaksanya bersujud pada Tukang peralatan setan bersamanya. Istrinya hanya bisa menangis sambil berdoa dengan sekarang yang ada didepannya.
              Tukang peralatan setan menunjuk kedua tangan pasangan tua itu. Tangan kanan milik si lelaki dan tangan kiri milik si perempuan. Mereka mengangkat tangannya dengan lemah. Tukang peralatan setan meraba-raba kedua tangan mereka. Dia meraba ibu jari mereka, dia menggeleng. Dia meraba telunjuk mereka, dia mengeleng. Dia meraba jari tengah mereka, dia terguncang. Lalu sampailah pada jari manis mereka, terasa jelas ditangan Tukang peralatan setan dua cincin dimasing-masing jari mereka. Mulut Tukang peralatan setan yang menganga lebar itu perlahan-lahan merajut senyum lebar. Kemudian ditariklah kedua jari itu dari tangan empunya dan dipasankannya sendiri ke sepasang taring paling besar dimulutnya, semua itu dilakukan Tukang peralatan setan bukan tanpa alasan. Tukang peralatan setan punya alasannya sendiri yang tak akan mampu dipahami oleh siapapun, sungguh agungnya Tukang peralatan setan itu.
              Menyadari jari manisnya telah dicabut oleh Tukang peralatan setan, si lelaki berteriak sambil meloncat-loncat, si perempuan berteriak sambil bersujud-sujud lalu bergantian jika tiga kali sudah dilewati. Namun perlahan-lahan dari luka bekas jari manis itu muncul saraf-saraf dan otot-otot baru yang menjalar keseluruh tubuh mereka sehingga dengan sekejap mata mereka kembali belia. Mereka kegirangan, mereka menari-nari, melompat-lompat, berputar-putar sambil jari kelingking mereka berkaitan satu sama lain.
              “Aku akan mencintaimu untuk selamanya!” Kata yang laki-laki.
              “Aku akan ,mencintaimu semaumu!” Kata yang perempuan.
              “Cintaku padamu dapat melelehkan seluruh dingin dan membekukan seluruh panas!” Kata yang pria.
              “Cintaku padamu dapat meggoncangkan tanah dan meluluhlantakkan langit!” Kata yang wanita.
              “Kita akan hidup selamanya!” Kata yang adam.
              “Kita akan hidup semaunya!” Kata yang hawa.
              Begitulah kata-kata yang kudengar ketik mereka berjalan meninggalkan Tukang peralatan setan dengan jari kelingking yang saling erat mengikat, sambil setiap lima langkah berpelukan dan setiap tujuh langkah berciuman. Aku keheranan dengan apa yang baru kulihat. Sepasang kekasih tua tiba-tiba kembali muda, kembali belia hanya dengan korban tak lebih dari permata. Wujud Tukang peralatan setan seperti merayuku untuk mendekatinya, apa boleh buat aku ini masih hina.
              Tepat saat itulah bencana mulai terjadi. Awan seketika berubah warna menjadi hitam pekat angina dan petir mulai tercipta ditengah-tengahnya anehnya taka da setetespun air yang turun. Tanah-tanah retak-retak marak-marak disekitar pasar ini. Baja-baja adiraja barat melarat sampai luntang-lantung tak karuan takutnya. Para kera jenis unggul keluar dari perut baja-baja itu, barangkali dari anusnya yang megah itu.
              Kera-kera itu lari-lari tak karuan sambil berteriak tak karuan pula.
              “Aaaaakkk…iiiikkk…uuuukkk…!” Teriak mereka senada dengan ‘dor dor dor’ dari senapan mereka.
              “Iiiikkk…uuuukkk…aaaakkk…!” Teriak mereka senada dengan ‘duaar duaar’ dari bom-bom yang amat keras terdengar.
              “Uuuukkk… aaaakkk…iiiikkk…!” Teriak mereka senada dengan ‘bledar bledar’ rudal yang menggantikan air yang turun menggertakkan bumi.
              Para malaikat mabuk kalang kabut memukuli semua makhluk yang hendak berlindung melarikan diri. Raksasa, centaur, minotaur, burung phoenix, manusia rawa, gundul pringis, kuyang, semuanya tampak melarikan diri sambil dikejar-kejar malaikat. Beberapa sudah berbaring ditanah dengan enaknya layaknya putri tidur yang ketiduran selama-lamanya. Para setan membantu mereka yang masih sadar sambil menangisi mereka yang sudah tidur. Setan-setan menggendong mereka dengan lembut dan terbang dengan sangat anggun tanpa sedikitpun tergores untuk menolong makhluk-makhluk yang malang itu.
              Tukang peralatan setan entah mengapa mulai tertawa.
              “Hohohohoho…!” Tawanya sambil mengangkat kedua tangannya.
              “Hihihihihi…!” Tawanya ketika dua setan menyambar tangannya dengan lembut.
              “Hahahahaha…!” Tawanya ketika kedua setan membawanya terbang sambil menangis haru.
              Segera tiga makhluk yang sama-sama disebut setan itu dilahap ombak besar yang entah darimana membawa banjir bandang. Keagungan Tukang peralatan setan luluh seketika ketika ombak maha besar itu runtuh. Tepat diatas ombak besar itu tampak bola api besar muncul dari kelamnya awan. Vampir-vampir segera menjadi debu karena bola api itu yang disebut matahari yang terlihat amat dekat. Angin topan mulai berkumpul pada ombak maha besar itu, bersatu, kemudian menciptakan pusaran angina dengan air yang menciptakan maha besarnya maha agung.
              Dengan matahari yang masih diatas pusaran itu menyinari dengan amat terang walaupun sekitarya adalah awan yang sangat kelam. Muncul seseorang yang berdiri tegap diatas pusaran campuran angin dan air itu. Orang itu kemudian berteriak dengan lantangnya.
              “Jangan malas-malas! Mari hancur-hancur!” Sudah pasti itu si orang gila!
              “Ini hari, hari tiga belas jangan malas-malas! Cepat segera hancur-hancur!”
              Sambil pusaran itu terus bergerak meratakan segalanya, orang gila itu menunjuk-nunjuk langit dan tanah bergantian dengan tangan kanan dan kirinya. Namun sekarang berbeda, sekarang jelas berbeda! Dia melakukannya dengan jari tengahnya! Dia telah melaknat dunianya sambil menghilangkan kemalasan dengan kemuliaan tanggal tiga belas.
              Sudah cukup aneh dan menakutkan rasanya bahwa aku yang tak berlindung tak terkena apa-apa padahal aku menyaksikan semuanya dengan jelas bahwa semuanya hancur lebur. Namun yang lebih mengejutkannya lagi matahari mulai tenggelam dan terbit lagi. Kejadian itu sangat cepat terjadi. Yang mengagumkannya kuhitung kejadian itu terjadi sebanyak-banyaknya sembilan belas kali.

Jumat, 04 Oktober 2019

Kebahagiaan


Hari sudah malam. Semua orang sudah tertidur lelap dan mengarungi mimpinya masing-masing. Rudi masih bermain dengan ponsel pintarnya, dia tidak sadar bahwa hari telah malam. Dia sudah bermain dengan ponselnya itu dari pagi sampai saat ini. Yang dia lakukan hanya melihat hal-hal yang ada di sosial medianya. Hanya dengan begitu ia sudah merasa senang.
"Terimakasih, teknologi. Karena kau aku bisa merasa senang, aku juga cinta dengan internet yang membuatmu sempurna," katanya tiba-tiba.
Tiba-tiba jendela kamarnya terbuka dengan keras sampai menimbulkan suara. Seorang malaikat muncul dari luar jendela itu, dia menunjuk ke arah Rudi sambil mengisyaratkan untuk mendekat. Rudi dengan ragu mendekati malaikat itu, dia tidak sadar dengan apa yang ia lakukan.
"Kau suka dengan teknologi modern seperti di tanganmu itu kan, kau suka dengan yang kau sebut internet kan? Mari ku ajak kau jalan-jalan."
Rudi hanya mengiyakan saja tanpa tahu maksudnya. Malaikat itu merangkulnya dan terbang ke langit. Rudi hanya diam saja, dia yakin ini bukan mimpi. Malaikat membawanya terbang jauh dari rumahnya. Mereka sampai di sisi kota yang masih ramai. Lalu malaikat itu berhenti di langit dan mulai bertanya pada Rudi.
"Apa yang kau suka dari teknologi itu?"
"Aku bisa melihat banyak artis terkenal yang kusuka dengan mudah, mereka juga dapat muncul dengan mudah karena teknologi."
Lalu malaikat menunjuk pada sebuah jendela apartemen. Dapat terlihat dari balik jendela itu seorang laki-laki yang terduduk lemas di kursi. Laki-laki itu adalah salah satu artis yang Rudi kagumi, ia terkenal dengan menolak mengonsumsi narkoba dan hidup optimis. Namun dapat terlihat dia sedang menyuntikkan sesuatu pada lengannya sambil tertawa sendiri. Rudi tak percaya dengan apa yang ia lihat, lalu malaikat mulai bicara lagi.
"Itu salah satu dari banyak orang yang kau kagumi bukan? Kau mengenalnya dari yang kau sebut internet, kau mengenalnya dari teknologi. Apa kau tak pernah berpikir dia berbohong padamu tentang kehidupannya? Kau malah memuji teknologi karena sudah memperkenalkannya, sekarang lihat betapa negatifnya dia."
"Dia juga manusia, pasti bisa berbuat kesalahan! Kami semua begitu."
"Ya, memang. Begitu juga dengan perkataanya yang kau puja itu. Kemarin kau memujanya, sekarang kau membantahku dan memujanya lagi, lakukan saja hal itu sampai kau mati."
Rudi hanya terdiam, sementara malaikat mulai terbang lagi menuju ke tempat yang lainnya. Tampak banyak kendaraan yang berlalu-lalang di bawah mereka. Banyak layar besar menampilkan produk yang diiklankan, bercahaya menerangi malam. Beberapa saat kemudian malaikat berhenti di depan sebuah gedung. Gedung itu adalah sebuah rumah susun yang padat penduduk.
"Katakanlah lagi apa yang kau suka dari teknologi."
"Aku bisa mendapat apapun dengan mudah hanya dengan menekan layar di ponselku."
Lalu malaikat menunjuk pada sebuah jendela pada gedung itu. Terlihat seorang wanita sedang memasuki ruangan dengan muka lesu. Wanita itu membawa sebuah kotak ditangannya. Kemudian wanita itu menghidupkan pendingin ruangan sambil mencari gunting untuk membuka kotak itu. Dia mengeluarkan sepasang sepatu dari kotak iti dan memakainya, sepatu itu terlihat cocok dikakinya. Namun tidak ada senyum pada wajahnya, dia malah berlalu sambil menghidupkan ponsel pintarnya.
"Kau lihat itu? Itu dampak dari teknologi modern," kata malaikat itu tiba-tiba. "Semuanya menjadi lebih mudah, semuanya menjadi lebih mudah digapai."
"Bukankah itu bagus kalau semuanya mudah didapat, malah aneh jika berpikir itu buruk," kata Rudi membantah malaikat.
"Ya, dan semua itu membuat kalian tidak bersyukur, semua itu menjadi terlalu mudah, kalian semua jadi tidak dapat menemukan kebahagiaan dibaliknya. Wanita itu sampai rumahnya dengan kendaraan yang ia pesan dari alat yang disebut ponsel pintar, membuatnya tidak bisa menikmati rasa senang saat sampai pada rumahnya karena ia tidak banyak berusaha untuk kembali kerumahnya."
"Dan lihat kotak yang ia terima. Dia mendapatkannya hanya dengan menekan alat yang disebut ponsel itu, walaupun isinya sesuai dengannya dia hanya merasa biasa saja. Itu karena dia tak merasakan perjuangannya."
"Tidak mungkin dia tidak senang, pasti dia senang barang yang dia terima sesuai dengan keinginannya," bantah Rudi lagi.
"Apa kau tak tahu yang namanya kejenuhan? Awalnya ia senang, tapi lihat sekarang," Rudi hanya diam menatap wanita itu menyisihkan sepatu barunya, tampak tak peduli. "Lagipula tidak ada yang tahu keinginannya," kata malaikat sambil terbang pergi.
Malaikat terus terbang menjauh menyusuri gedung-gedung tinggi. Sampai pada sebuah jalan yang ramai dia berhenti dan bertanya pada Rudi lagi.
"Sekarang katakan lagi apa yang kau suka dari teknologi itu."
"Karena teknologi modern kami manusia dapat berkomunikasi dengan lebih baik, aku bisa kenal dengan orang yang tinggal jauh dariku."
Lalu malaikat menunjuk pada orang-orang yang berlalu-lalang yang fokus pada ponsel masing-masing.
"Hanya dengan kejadian seperti itu kau tak bisa merubahku," kata Rudi pada malaikat.
"Ya, aku tahu itu. Sekarang coba lihatlah lagi." Malaikat menunjuk pada seorang gelandangan di tengah keramaian itu. Dia tampak kedinginan dan kelaparan, dia meminta-minta makanan pada orang yang lewat, namun tak ada yang menghiraukannya.
"Kau bilang teknologi itu bisa membuat kalian berkomunikasi lebih baik, tapi lihatlah sendiri kejadian ini. Gelandangan itu sudah meminta pertolongan pada kalian yang mampu, tapi kalian tidak ada yang mendengarkan, kalian malah sibuk berkomunikasi dengan siapa entah dimana, dengan apa dan untuk apa. Lalu apa gunanya komunikasi itu semua jika yang dekat tidak dihiraukan."
"Kami juga bisa berbagi hal itu juga di internet agar orang-orang tahu akan keberadaanya, apa kau lupa akan itu wahai malaikat?"
"Ya, dan kalian akan menuliskan doa untuknya. Lalu apa hubungannya semua itu dengan dirinya. Gelandangan itu tetap tak tertolong, karena bukan tuhan yang dengar doa kalian tapi sesama kalian yang tahu doa kosong kalian."
Lalu malaikat terbang lagi. Rudi yang berada di antara lengannya hanya bisa diam memikirkan semua yang malaikat katakan. Malaikat terbang dengan cepat melewati semua kejadian yang mereka saksikan. Si wanita masih terjaga dengan teleponnya. Si artis terbaring lemah dikasur mahalnya. Dan tidak ada yang tahu dengan nasib si gelandangan.
"Sekarang tidurlah," kata malaikat saat mereka sudah kembali di kamar Rudi.
"Bagaimana aku bisa tidur setelah kau perlihatkan semua itu. Kau tahu aku hanya bahagia dari benda yang dinamakan ponsel pintar itu."
"Kau hanya tidak sadar saja, kau harusnya bisa mengambil sesuatu dari kisah ini. Aku tak akan mengatakan apa-apa soal itu, biar kau cari sendiri agar kau bisa mengakhiri semua ini."
"Tunggu, jadi apa maksutmu?"
"Barangkali kau belum sadar atau barangkali kau belum tahu bahwa semua ini disebut cerita pendek," malaikat terbang keluar melalui jendela. Terbang tinggi dan hilang diantara cahara remang bulan purnama.
Tamat